Tantangan Menjadi Orangtua Yang Sesungguhnya

Tantangan Menjadi Orangtua Yang Sesungguhnya




Sungguh, setiap orang bisa menjadi orang tua.  Biasanya setelah pasangan suami istri menikah sah di hadapan penghulu, mereka senang dan berbahagia dalam kehidupannya.  Mereka menghabiskan hari-harinya penuh canda, tawa, gembira, romantis. Seakan akan dunia rasanya hanya milik berdua.

Mereka mulai merindukan suara tawa dan tangis seorang yang cantik jelita dan ganteng Perkasa. Mereka mulai mengharapkan hadirnya seorang bayi mungil kecil yang lucu. Maka serta-merta Allah mengaruniakan ke dalam kehidupan keluarga mereka putra-putri yang lucu dan gemesin.

Maka siapa saja punya hak untuk menyandang predikat orangtua. Menjadi orangtua adalah proses yang otomatis dan tidak perlu pendidikan apapun.

Dan memang selama ini menjadi orang tua adalah hasil otomatis ketika setelah menikah mereka dikaruniai putra putri.

Hampir hampir belum ada sekolah khusus bagi orangtua. Tidak banyak sekolah khusus yang membahas tentang bagaimana cara menjadi orangtua yang baik dan benar, orang tua yang yang bisa mengantarkan putra-putrinya menjadi anak-anak yang sholeh sholehah, cerdas, berbudi pekerti luhur, sukses dalam dunia pendidikan, memiliki keterampilan life skill dan siap untuk menjadi manusia yang sesungguhnya.

Memang secara naluri setiap orang yang sudah nikah tahu bahwa tugas terpenting menjadi ayah bunda adalah mencintai, membesarkan dan mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya.

Seorang ayah ibu harus menyediakan semua kebutuhan anak anaknya.  Itu harus.

Ayah ibu harus menjadi pribadi ramah dan hangat untuk putra-putrinya.

Membantu mereka mempelajari dan menemukan aturan-aturan hidup. Bagaimana cara cara berbagi dan menghargai orang lain. bagaimana memupuk kepercayaan diri dan harga diri seorang anak.

Seorang ayah bunda tidak boleh mencegah putra-putrinya melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, mereka juga harus mendorong anak-anaknya melakukan sesuatu yang harus dilakukan dengan maksimal.



Satu pertanyaan mendasar, apakah setiap orangtua itu mengetahui bagaimana melaksanakan tugas-tugas terbaiknya? Agar hasil didapat sesuai dengan harapan?

Tahukah Ayah Bunda, bahwa mendidik anak tanpa panduan yang baik dan benar, petunjuk pelaksanaan tentu hanya membuat orang tua seperti orang yang berjalan dalam kegelapan. Tak tahu arah dan tujuan. Kemana  harus melangkah.

Ahirnya, mereka dalam rangka proses membesarkan anak-anak mencoba trial and error.

Jika anak-anak kita berperilaku baik memang itu sesuatu yang harus dan sepatutnya terjadi. Semua hanya karena pertolongan dari Allah  semata.


Sebaliknya, jika anak-anak membuat masalah, membuat onar maka orangtua akan mencoba berbagai cara agar anaknya berubah. Berubah dari anak bermasalah menjadi anak yang baik yang patuh orangtua.

Mereka berusaha dan berupaya agar anak-anaknya menjadi anak yang patuh dengan apa yang dikatakan oleh orang tua.

Apabila cara ini berhasil, tentu cara ini akan dilakukan terus menerus oleh orang tua.

Sebaliknya,

Ketika Apa yang dilakukan oleh orang tua tidak berhasil, maka jurus yang segera muncul adalah marah kepada anak-anak. Dan ketika kita marah kepada anak ,anak akan semakin nakal semakin berani sama orangtua.

Saat anak semakin berani, maka tak segan-segan tangan orangtua akan melayang memukulnya. Duh, ngeri. Kasihan anak kita. Katanya anak anugerah  Allah yang amat indah, mengapa harus di pukul. Bukankah  itu menyakiti?


Biasanya nih ya, marah orangtua selalu diawali dengan gertakan sambal, omelan di lisan dan mulut saja.

 Jika omelan  masih gagal, maka orang tua akan melakukan centilan dan sentuhan pelan.

Jika gagal juga, maka mulai memberi cubian yang menyakitkan.

Jika masih gagal dan belum berhasil juga, maka pukulan dan tamparan.

Begitulah seterusnya, sehingga cara cara seperti ini akan menjadi pola asuh yang berulang dan berulang.

Dan perlu kita ketahui bahwa pola yang seperti ini akan sering diwariskan oleh orangtua dari generasi ke generasi selanjutnya, sama persis atau bahkan bertolak belakang.



Misalkan saja, dulu saat kita masih kecil, kita sering mendapatkan hukuman fisik dari orang tua kita. Anda mungkin akan melakukan hal yang sama kepada anak-anak anda. Iya kan?

Atau sebaliknya, pengalaman-pengalaman seperti ini akan jadikan kita trauma dan takut.

Sebagai orang tua kita merasa tidak mampu membuat aturan yang tegas di hadapan anak-anak. Kita tidak bisa bersikap tegas . ke dua kondisi ini bukanlah hal yang yang positif.

Ini bukanlah sesuatu yang benar dalam rangka mendidik anak. Ini bukan solusi terbaik dalam rangka mengantar anak-anak kita menjadi pribadi yang soleh dan berkarakter.

Padahal kita membersamai anak-anak bukan hanya dalam satu hingga dua bulan atau dalam satu atau dua tahun saja.

Tetapi kita membersamai anak-anak selama hidup mereka.
Mengapa?
Karena mereka adalah anak-anak kita. Membesarkan dan mendidik mereka adalah tanggung jawab dan kewajiban kita.

Mereka akan menjadi seperti apa yang kita inginkan dan kita impikan jika kita benar dalam proses mendidik dan membersamai mereka.


Belum lagi jika pasangan hidup kita memiliki warisan pengasuhan yang berbeda. Di mana dia dulu di hadapan orang tuanya,dia mendapatkan pola asuh yang kurang tepat.

Tentu kata sepakat antara kita dengan pasangan kita sulit tercapai. Misalnya saja, ayah terbiasa dengan aturan ketat, tegas sementara ibundanya selalu toleran maka akan timbul benturan.

Apabila masing-masing pihak merasa pola asuhnya-lah yang paling benar, maka konflik di antara mereka akan semakin panjang dan berliku.

Padahal di saat yang sama, kita harus mempunyai pola asuh yang tepat dan benar untuk putra-putri kita.

Bayangkan saja jika antara ayah dan ibu mempunyai modal dan pola asuh yang berbeda. Tentu anak akan bingung. Dia mau ngikut aturan yang mana? Dia mau mematuhi ayah atau ibunya.

 Anak akan berpikir jika dia meminta sesuatu kepada ayahnya dan tidak dikasih, maka dia akan segera menemui Ibunya dan minta kepada sang ibu. Karena biasanya ayah menolak, Ibu memberi. Begitu juga sebaliknya.

Maka disini sangat urgen untuk segera membuat kata sepakat antara ayah dan bunda.

 Bagaimana segera menemukan pola asuh yang disepakati antara suami istri. Agar merawat dan membesarkan anak dengan asyik dan menyenangkan segera tercapai.

Mungkin juga Ayah Bunda sering bersikeras bahwa pola asuh warisan masing-masing adalah cara yang terbaik. Apa alasannya? Bukankah kita bisa berhasil selama ini berkat pola asuh orang tua dulu. Kenapa kita harus mencoba coba cara baru yang belum teruji dan belum diketahui hasilnya?


Pola Asuh Anak Yang Memberdayakan



Tahukah anda, bahwa pola asuh warisan itu bisa berhasil ketika orangtua sudah memakai cara-cara yang memberdayakan.

Ketika orang tua kita menganggap anak-anak sebagai anugerah bukan beban
ketika orang tua pemberlakukan anak-anak dengan hati, bukan dengan pikiran dan tangan.
Ketika orang tua kita menghargai anak-anak sebagai individu yang terpisah yang memiliki kemauan dan perasaan sendiri sendiri.


Tetapi masalahnya

Kita masih sering menggunakan pola asuh lama

Pola asuh  orangtua yang kurang efektif



Dimana ketika pola asuh lama:

Membuat orang tua menjadi mudah reaktif
Orang tua menjalankan tugas sebagai orang tua hanya ketika ada masalah, ketika anak Gaduh, ruwet dan rumit. Seringkali orangtua itu lupa dan lalai untuk mencegah dan mengantisipasi masalah.

Seringnya, orang tua dikejutkan dengan masalah-masalah baru yang tak terduga, sehingga mereka lebih bertindak emosional, impulsif bahkan kontraproduktif.

Menggunakan cara-cara pengasuhan anak yang tidak efektif
Misalnya saja mengomel, menceramahi anak, menyalahkan anak bahkan menyakiti perasaan tubuh fisik sang anak.

Menutup mata terhadap situasi terkini
Orang tua sering lupa,bahwa ada pergeseran budaya, ada pengaruh lingkungan, media terutama media sosial. Misalnya saja, Facebook, Instagram, YouTube, Android dan lain sebagainya.

Semua perubahan itu membuat tugas orang tua pada saat ini atau pada zaman now jauh lebih sulit dibandingkan dengan beberapa waktu yang dahulu.

Diperlukan cara asuh yang proaktif, memberdayakan serta menginspirasi agar anak-anak kita memiliki rasa percaya diri yang tinggi, motivasi, semangat, kemandirian, harga diri, prestasi dan patuh serta taat kepada orang tua dengan kesadaran diri.

Benar sekali ketika Albert Einstein berkata "Kita tidak bisa menyalakan masalah hari ini dengan pemikiran kemarin".

Maka dalam berbagai bidang kehidupan di muka bumi ini akan muncul paradigma paradigma baru, masalah-masalah baru, tantangan baru baik dalam bidang sains, teknologi, sosial, budaya, ekonomi, manajemen, pendidikan bahkan di lingkup yang terkecil yaitu keluarga dan pengasuhan anak.


Menghadapi perubahan yang luar biasa di era digital ini, kita sebagai orang tua harus beradaptasi dan terus mau belajar.

Belajar untuk menjadi orang tua yang baik dan benar. ,

Kita tidak cukup mengharapkan anak kita menjadi anak yang baik, sholeh sholehah saja.

Sebaliknya, kita sebagai orang tua sebelum mengharapkan anak-anak kita jadi anak yang sholeh, kita harus menjadi orang tua yang sholeh. Menjadi orangtua yang patut jadi contoh teladan, yang memiliki banyak ilmu pengetahuan, menjadi inspirasi bagi anak-anak.

Sehingga anak-anak akan tumbuh dan berkembang penuh percaya diri, semangat, antusias dalam menghadapi segala masalah dan rintangan di masa yang akan datang.

Parenting Modern



Tahukah anda bahwa,
Dalam beberapa dekade terakhir ini banyak bermunculan buku-buku pendidikan dan Parenting. Ada buku-buku parenting yang muncul dari laur negeri. Di mana buku-buku itu memenuhi rak-rak toko buku yang ada di Gramedia dan toko  buku besar lainnya.

Maka kita mengenal danfamiliar dengan penulis terkenal, semisal Daniel goleman. Di mana dia menggemparkan dunia dengan penemuan yang baru yaitu emosional intelegensi. Pada kisaran tahun 90-an.

Ada juga Tony Buzan. Dia menemukan metode mind map yang merupakan temuan baru dalam bidang riset otak serta kecerdasan. Ada juga Stephen Vannoy, di mana dia menyadarkan banyak orang tua akan anugerah terindah yang bisa mereka berikan kepada anak-anak mereka.

Buku-buku Mereka banyak memberi pencerahan kepada banyak orang tua serta pendidik. Sehingga banyak orang  yang sadar betapa pentingnya ilmu parenting dan pengasuhan anak.

Bahkan,sesungguhnya dalam Islam teori-teori itu bukanlah sesuatu yang baru. Dimana Rasulullah sejak empat belas abad yang lalu sudah memberikan penghargaan terhadap potensi khusus setiap sahabat beliau. Sang nabi telah mencontohkan pendidikan dan pola asuh yang cerdas kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Maka kita kenal di sekitar Nabi Muhammad ada ratusan sahabat yang memiliki kecerdasan luar biasa. Mereka memiliki kecanggihan berpikir, memiliki kekayaan yang melimpah tetapi mereka semua bersikap dan bersifat humble (sederhana).

Mereka adalah orang-orang yang luar biasa, memiliki begitu banyak kelebihan tapi dengan kelebihan yang luar biasa itu mereka tetap sederhana, tampil apa adanya. Sehingga Islam segera tampil di banyak wilayah dan bisa diterima di banyak daerah dengan begitu cepatnya.

Akan tetapi, walaupun ada begitu banyak informasi yang mencerahkan. Masih banyak diantara  kita orangtua yang tetap berjalan dalam pola pendidikan yang usang. Kita terpaku pada pola pikir yang lama.

Seharusnya kita mulai jujur dan berpikir bahwa pola asuh yang kita terapkan pada anak anak  selama ini kurang efektif.

Bahkan sebaliknya, pola asuh lama itu menekan dan merusak masa depan anak.



Ketika pola asuh lama yang kita terapkan kurang efektif terhadap perkembangan anak. Kita sering menyalahkan faktor-faktor yang ada di luar rumah.

Misalkan saja, kita sering menyalahkan media. Kita sering menyalahkan teman-temannya. Sering sekali kita menghadapi anak yang mogok gak mau sekolah, anak minggat dari rumah, mereka sering terlibat dalam perkelahian.  Ada jua anak yang kecanduan narkoba dan lain sebagainya.

Tidak banyak orang tua yang sadar dan mengakui bahwa sumber masalah timbul dari rumah. Benih benih masalah itu didapat, disiram dan dipupuk bahkan perkembang dimulai dari rumah. Ya, dari rumah orangtuanya sendiri.


Mencetak Anak Sholeh Sholehah


Wahai Ayah Bunda, Mari kita sejenak merenung hal-hal sebagai berikut ini:
Apakah selama ini kita merasa terbebani dan merasa malas dengan tugas kita sebagai orangtua dalam mendidik anak di rumah?

Apakah kita selalu merasa takut dan dihantui masalah setiap melepas anak-anak keluar dari rumah? Apakah kita takut anak anak terbawa arus negatif di luar rumah. Kita takut mereka lepas dari pengawasan dan kendali kita?

Mayoritas orang tua biasa akan menjawab iya untuk pertanyaan-pertanyaan di atas.

Orangtua baik dan bijak mungkin hanya sesekali menjawab iya tapi orang tua cerdas meskipun tak sepenuhnya bebas dari permasalahan anak akan dapat menghadapinya dengan tenang, percaya diri dan penuh semangat.


Tapi kita juga perlu tahu

Menjadi orang tua  yang cerdas dan bijak itu bukan hal yang mudah tapi perlu berjuangan, doa dan semangat terus belajar.

- Hal pertama yang harus dilakukan adalah melepaskan pola asuh yang yang sudah usang dan tidak efektif.
- Mempelajari pola pola asuh anak yang baru
- Mempraktekkan ilmu ilmu Parenting yang baru dengan penuh kesadaran
- Membiasakan semua kepada anak tanpa lelah dan putus asa
- Terkadang hasilnya bisa kita rasakan seketika tapi sering juga perubahan baru-baru terjadi setelah kita lama dan lelah dalam berjuang

Tetapi walau bagaimanapun, kita harus tetap semangat agar kita tidak kembali tergelincir ke pola asuh yang lama.


Maka menjadi orangtua yang baik dan bijak adalah tantangan bagi kita.
Apakah kita akan diam saja apabila menghadapi dan menemui anak kita yang nakal, ruwet dan bermasalah?

Kita harus segera menemukan cara-cara efektif bagaimana mengajak anak menjadi lebih baik. - -

- Bagaimana memberitahu anakanak tanpa menggurui
- Bagaimana bisa memberitahu anak tanpa merasa diperintah
- Bagaimana agar anak-anak tahu dengan apa yang harus dilakukan dan dikerjakan di rumah tanpa kita banyak bicara dan mengomel di hadapannya.

Padahal, omelan dan omongan kita yang berlebihan dihadapan anak akan mudah jadi bumerang.

Ayolah, Ayah Bunda. Kita belajar bersama-sama ya tentang ilmu Parenting dan pengasuhan anak.
Kita berdoa agar kita sama Allah dimudahkan untuk menjadi orang tua yang yang baik dan bijak. Orang tua yang bisa memiliki anak-anak ke jalan yang baik dan benar.
Kita berdoa agar Allah menjadikan kita orangtua yang sabar dalam mengemban amanat dan karunia berupa anak.

Sehingga akhirnya, Semoga kita oleh Allah dikaruniai anak-anak yang sholeh sholehah. Anak-anak yang selalu mendoakan kita baik ketika kita masih hidup atau nanti ketika kita sudah tiada.  Anak-anak yang setiap waktu dan selesai shalat 5 waktu selalu menengadahkan tangan kepada Allah untuk berdoa untuk orang tua. Anak-anak yang setiap hari membaca surat Yasin dan ayat-ayat Al Quran untuk orang tuanya yang telah meninggal dunia.

Inilah kebahagiaan orang tua yang sebenarnya. Betapa bahagianya hati kita, ketika memiliki anak yang sholeh sholehah di hadapan Allah.

Anak yang baik dan bijak di hadapan sesama manusia anak. Anak yang memiliki prestasi di sekolah dan kampusnya. Anak-anak yang bisa mewarnai dan berkontribusi di masyarakat, bangsa dan negara.





































































Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel